Gelombang Baru Disrupsi: AI Berpotensi Menggantikan 3 Juta Pekerjaan pada 2035

Di tengah riuhnya pembicaraan global mengenai kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) yang berkembang dengan kecepatan luar biasa (at a rate of knots), sebuah peringatan serius muncul dari Inggris. Dampak dari kemajuan teknologi ini diperkirakan akan membawa implikasi besar bagi pasar tenaga kerja global.

Menurut laporan terbaru dari National Foundation for Educational Research (NFER) yang berbasis di Inggris, yang diterbitkan pada 28 November 2025, sekitar tiga juta pekerjaan berada dalam risiko selama satu dekade mendatang. Laporan tersebut memberikan sinyal waspada bahwa adopsi teknologi AI yang begitu cepat dapat mengancam dan menggusur banyak pekerja dari posisi mereka saat ini.

"Sinyal Bahaya" dari NFER

Laporan NFER menyoroti bahwa kita tidak lagi berbicara tentang masa depan yang jauh. Percepatan kemampuan AI dalam menangani tugas-tugas kompleks berarti "ramifikasi besar" sudah di depan mata.

Studi ini menekankan bahwa integrasi AI bukan sekadar alat bantu, melainkan potensi pengganti tenaga kerja manusia dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya. Jika tidak ada antisipasi, adopsi teknologi yang agresif ini akan memicu gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) di berbagai sektor vital.

Sektor yang Paling Rentan Terpukul

Berdasarkan analisis tren dari laporan tersebut dan data industri terkait, sektor-sektor berikut diidentifikasi memiliki risiko disrupsi tertinggi:

  1. Administrasi dan Perkantoran: Pekerjaan rutin seperti penginputan data dan manajemen arsip adalah yang paling mudah diduplikasi oleh algoritma AI.

  2. Keuangan dan Perbankan: Analisis transaksi dan pelaporan keuangan kini dapat diselesaikan AI dalam hitungan detik, mengurangi kebutuhan akan staf analis junior.

  3. Layanan Pelanggan & Ritel: Chatbot canggih dan sistem kasir otomatis semakin mendominasi, menggeser peran manusia di garda depan pelayanan.

Antara Ancaman dan Peluang Ekonomi

Meskipun angka 3 juta pekerjaan terdengar menakutkan, para ahli juga melihat dua sisi mata uang. Jika dikelola dengan tepat, AI dapat memberikan "dividen ekonomi" berupa lonjakan produktivitas.

Kuncinya terletak pada transisi: apakah perusahaan akan menggunakan efisiensi AI semata-mata untuk memangkas biaya (mengganti manusia), atau untuk mengaugmentasi (melengkapi) kemampuan pekerja sehingga mereka bisa beralih ke tugas yang lebih bernilai tinggi?

Langkah Mendesak: Reskilling adalah Kunci

Laporan NFER ini menjadi panggilan mendesak bagi pemerintah dan institusi pendidikan. Sistem pendidikan harus segera berevolusi. Fokus tidak lagi bisa bertumpu pada keterampilan teknis rutin yang bisa dikerjakan mesin.

Sebaliknya, pekerja masa depan harus dibekali dengan kemampuan yang sulit ditiru oleh AI, seperti:

Kesimpulan

Peringatan dari NFER pada 28 November ini mempertegas bahwa gelombang AI tidak bisa dibendung. Dengan tiga juta pekerjaan dipertaruhkan dalam dekade ini, persiapan dan adaptasi keterampilan bukan lagi pilihan, melainkan keharusan untuk bertahan di era baru ini.

Buku: AI-Powered Strategic Management

Comments