Akankah Tiongkok Beli Chip H200 NVIDIA Jika Pembatasan Dicabut?

CEO NVIDIA, Jensen Huang, baru-baru ini menyuarakan ketidakpastian signifikan mengenai potensi permintaan Tiongkok terhadap chip AI canggih perusahaannya, H200, bahkan jika Amerika Serikat melonggarkan pembatasan ekspor. Pernyataan ini mencerminkan dinamika geopolitik yang rumit dan percepatan upaya Tiongkok dalam mengembangkan solusi AI domestik.

Huang Bertemu Trump dan Keraguan Terbesar NVIDIA

Ketidakpastian ini diungkapkan Huang dalam pernyataan kepada wartawan setelah bertemu dengan Presiden AS Donald Trump, di mana mereka membahas isu-isu kontrol ekspor, sebagaimana dilaporkan oleh Bloomberg. Pertemuan tersebut terjadi di tengah adanya diskusi di Washington mengenai kemungkinan mengizinkan raksasa GPU AI ini untuk mengekspor chip H200 generasi sebelumnya ke Tiongkok, terutama setelah Kongres dilaporkan menolak GAIN AI Act, sebuah undang-undang yang akan memaksa NVIDIA memprioritaskan pengiriman kepada perusahaan domestik AS.

Ketika ditanya apakah perusahaan akan dapat menjual H200 di Tiongkok, Huang menjawab terus terang:

“Kami tidak tahu. Kami tidak punya petunjuk.”

“Kami tidak bisa menurunkan mutu chip yang kami jual ke Tiongkok, mereka tidak akan menerimanya.”

Pernyataan ini menyoroti kekhawatiran ganda NVIDIA: apakah Washington akan mengizinkan penjualan, dan bahkan jika diizinkan, apakah Beijing akan mengizinkannya dibeli.

Sejarah Pembatasan dan Kerugian $5,5 Miliar

Ketegangan ini bermula dari keputusan pemerintah AS. Awalnya, pemerintahan Biden telah melarang ekspor chip H200 ini ke Beijing, dengan alasan kekhawatiran keamanan, terutama penggunaannya dalam aplikasi militer. Chip ini kemudian digantikan oleh H20, yang meskipun memiliki kemampuan terbatas dibandingkan chip top-of-the-line NVIDIA saat itu, masih menawarkan kinerja yang tangguh.

Namun, upaya adaptasi NVIDIA menghadapi tantangan berkelanjutan:

  • Pembekuan H20 dan Kerugian: Chip H20 bahkan sempat dilarang pada April 2025, yang mengakibatkan penghapusan (write-off) inventaris senilai $5,5 miliar bagi NVIDIA. Meskipun Washington mengizinkan pengiriman dilanjutkan sekitar tiga bulan kemudian, masalah tidak berhenti di situ.

  • Perintah Larangan Beli dari Beijing: Pada Agustus 2025, Beijing dilaporkan memerintahkan perusahaan teknologinya untuk berhenti membeli H20. Langkah ini disebut-sebut sebagai respons terhadap komentar Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, yang menyebut adanya "kecanduan" (adiksi) terhadap chip AS. Larangan ini bahkan meluas ke GPU RTX Pro 6000D.

Akibat langkah-langkah ini, Huang mengonfirmasi bahwa pangsa pasar NVIDIA di Tiongkok telah jatuh dari 95% menjadi hampir nol hanya dalam beberapa tahun.

Prioritas Tiongkok: Solusi AI Buatan Dalam Negeri

Pemerintah Tiongkok (CCP) kini mengklaim bahwa prosesor AI buatan dalam negeri mereka dapat menandingi chip NVIDIA versi Tiongkok yang dibatasi. Pembatasan ekspor AS telah menjadi katalisator bagi perusahaan teknologi Tiongkok untuk mempercepat pengembangan chip AI lokal.

Meskipun pembicaraan mengenai izin ekspor chip H200 yang "utuh" (tidak terdegradasi) dapat menjadi kemenangan besar bagi NVIDIA—terutama mengingat Huang selama ini gencar melobi agar kontrol ekspor dicabut—situasi ini tetap rumit:

  • Chip Generasi Lama: Bahkan jika Gedung Putih mengizinkan penjualan H200, langkah ini bukan berarti kebijakan AS berubah 180 derajat. Pejabat pemerintah AS mengatakan bahwa Tiongkok hanya dapat memiliki chip AI setelah chip tersebut dianggap sudah ketinggalan zaman.

  • Disalip oleh B200: H200, meskipun masih merupakan chip AI yang relatif kuat, telah digantikan oleh kedatangan chip B200 (Blackwell) yang jauh lebih canggih.

Ketidakpastian ini menegaskan bahwa selain harus berjuang melawan pembatasan Washington, NVIDIA kini juga harus menghadapi kenyataan pasar di Tiongkok yang secara strategis beralih untuk menciptakan kedaulatan teknologi, menjadikan ketergantungan pada chip asing, bahkan yang berkinerja tinggi sekalipun, semakin berkurang.

Buku: AI-Powered Strategic Management

Comments