Perluasan Jaringan QRIS Bank Indonesia ke Tujuh Negara: Dorong Transaksi Mata Uang Lokal dan Kurangi Ketergantungan Dolar
Bank Indonesia (BI) terus memperkuat konektivitas sistem pembayaran regional dan transformasi ekonomi digital Indonesia melalui perluasan penggunaan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) lintas batas. Langkah strategis ini adalah bagian dari dorongan yang lebih luas dari Jakarta untuk mempromosikan penggunaan mata uang lokal (Local Currency Transaction/LCT) dan mengurangi ketergantungan pada Dolar AS dalam transaksi regional.
Konektivitas Regional yang Kian Meluas
Gubernur BI, Perry Warjiyo, melaporkan bahwa Bank Indonesia telah resmi meluncurkan implementasi QRIS di Jepang pada bulan Agustus. Ini menyusul koneksi yang telah terjalin dengan sistem pembayaran QR di Malaysia, Thailand, dan Singapura.
Dalam upaya perluasan lebih lanjut, Perry Warjiyo menyampaikan kepada Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat bahwa BI tengah menjajaki kerja sama dengan sejumlah negara besar:
"Kami terus memperluas penggunaan QRIS melalui kerja sama internasional. Setelah Jepang, kami kini menginisiasi kemitraan dengan Tiongkok dan Korea Selatan, serta Arab Saudi dan India," ujar Perry.
Rencana ekspansi ini juga disertai dengan target waktu yang spesifik:
Tiongkok: Uji coba koneksi dengan jaringan pembayaran QR Tiongkok sedang berjalan dan diharapkan dapat beroperasi penuh pada akhir tahun ini (2025).
Korea Selatan: Uji coba percontohan (pilot test) telah dimulai, dengan target implementasi penuh pada tahun 2026.
Setelah sepenuhnya diperluas, interoperabilitas QRIS akan mencakup tujuh pasar utama—Thailand, Malaysia, Singapura, Jepang, Tiongkok, Korea Selatan, dan India—menandai peran Indonesia yang semakin besar dalam memajukan integrasi keuangan digital di Asia.
Manfaat Strategis dan Program Astacita
Perluasan jaringan QRIS lintas batas memungkinkan wisatawan Indonesia melakukan transaksi nirsentuh di luar negeri hanya dengan memindai kode QRIS di perangkat seluler mereka. Lebih dari sekadar kenyamanan, inisiatif ini memiliki tujuan ekonomi yang lebih dalam:
Pengurangan Risiko Dolar: Dengan mendorong transaksi mata uang lokal, sistem ini membantu mengurangi biaya konversi dan memitigasi risiko volatilitas nilai tukar yang disebabkan oleh ketergantungan pada Dolar AS.
Digitalisasi Mendalam: Inisiatif ini selaras dengan program Astacita BI, yang bertujuan untuk mendalami digitalisasi sistem pembayaran Indonesia, termasuk di tingkat pemerintah daerah.
Pencapaian QRIS Melebihi Ekspektasi
Perry Warjiyo juga melaporkan bahwa kinerja QRIS di domestik telah melampaui ekspektasi. Per September 2025, angka-angka adopsi menunjukkan pertumbuhan yang luar biasa:
Pengguna QRIS: Mencapai 58,02 juta, melampaui target tahunan sebesar 50 juta.
Adopsi Merchant: Naik menjadi 41,3 juta, di atas target 40 juta.
Volume Transaksi: Mencapai 10,31 miliar, hampir dua kali lipat dari target 5,5 miliar.
Pencapaian ini menggarisbawahi kesuksesan QRIS sebagai tulang punggung ekonomi digital Indonesia. Perry menutup dengan menekankan visi Bank Indonesia:
“Semua instrumen dimobilisasi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sambil menjaga stabilitas, melalui kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran, di samping koordinasi erat dengan pemerintah,” pungkas Perry.

Comments
Post a Comment