CEO NVIDIA Jensen Huang Membawa Pesan Penting di Washington: "Tiongkok Telah Menjelaskan Bahwa Mereka Tidak Menginginkan Kami Ada di Sana"
Chief Executive Officer (CEO) NVIDIA, Jensen Huang, baru-baru ini datang ke Washington dengan sebuah pesan penting: Amerika Serikat harus tetap terlibat dengan pasar AI Tiongkok meskipun ada pembatasan.
Dalam konferensi pers selama acara GTC (GPU Technology Conference) di Washington, D.C., Huang menyuarakan kekecewaannya mengenai kondisi perusahaan di pasar Tiongkok, dengan mengatakan bahwa pemerintah di sana telah "membuatnya sangat jelas bahwa mereka tidak menginginkan NVIDIA ada di sana saat ini." Komentar ini muncul di tengah eskalasi ketegangan teknologi antara Amerika Serikat dan Tiongkok, terutama terkait dengan ekspor cip kecerdasan buatan (AI) canggih.
Pangsa Pasar Anjlok: Dari Dominasi Menjadi Nol
Huang mengungkapkan bahwa pangsa pasar NVIDIA dalam cip AI canggih di Tiongkok telah anjlok tajam, dari 95% menjadi 0% sejak pembatasan ekspor AS dimulai pada tahun 2022. Larangan tersebut secara efektif menghentikan penjualan cip berkinerja tinggi seperti model A100, H100, dan H200 NVIDIA kepada perusahaan-perusahaan Tiongkok.
Meskipun NVIDIA telah mencoba memenuhi pembatasan tersebut dengan menciptakan cip AI versi yang disesuaikan dan berkinerja lebih rendah—seperti H20—regulator Tiongkok dilaporkan juga mengambil langkah untuk mencegah perusahaan domestik membeli perangkat keras NVIDIA, bahkan untuk model yang dirancang khusus tersebut.
Kekhawatiran Huang: Dampak Jangka Panjang pada Inovasi AS
Pesan utama yang dibawa Huang ke Washington adalah peringatan bahwa kebijakan yang bertujuan untuk mengisolasi Amerika dari para pengembang Tiongkok justru dapat "lebih merugikan kita (AS)" dalam jangka panjang.
Hilangnya Pengembang: Tiongkok menampung sekitar 50% peneliti AI dunia. Huang berpendapat bahwa menghalangi para pengembang ini menggunakan teknologi AS dapat mendorong mereka untuk beralih atau mempercepat pengembangan alternatif domestik, seperti yang dilakukan oleh pesaing Tiongkok, termasuk Huawei Technologies.
Ancaman terhadap Kepemimpinan AS: Huang mendesak AS untuk mempertahankan keunggulannya dalam AI dengan tetap menjaga akses ke ekosistem pengembang Tiongkok. Ia menekankan bahwa Tiongkok adalah pasar komputasi terbesar kedua di dunia.
Dampak Pendanaan R&D: Huang menyatakan bahwa akses ke pasar Tiongkok yang berpotensi menghasilkan penjualan miliaran dolar diperlukan untuk mendanai penelitian dan pengembangan (R&D) di AS, yang pada akhirnya mempertahankan keunggulan kompetitif NVIDIA.
Mengalihkan Fokus: $500 Miliar dan Superkomputer DOE
Meskipun menghadapi kesulitan di Tiongkok, NVIDIA tetap menunjukkan pertumbuhan yang eksplosif. Huang mengumumkan bahwa perusahaan telah mengamankan pemesanan cip AI senilai lebih dari $500 miliar hingga tahun 2026.
Lebih lanjut, NVIDIA telah memperkuat hubungan dengan AS, termasuk pengumuman tujuh superkomputer baru untuk Departemen Energi (DOE) AS. Kesepakatan ini menggarisbawahi pivot strategis perusahaan untuk fokus pada proyek-proyek penting di dalam negeri.
Meskipun Tiongkok telah menutup pintunya, Huang tetap bersabar dan berharap akan adanya perubahan kebijakan di masa depan, mengingat Tiongkok adalah pasar yang sangat penting bagi industri teknologi. Situasi ini menempatkan NVIDIA di garis depan perdebatan yang lebih besar mengenai keseimbangan antara kepentingan keamanan nasional dan peluang ekonomi global dalam perlombaan AI.

Comments
Post a Comment