PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. menunjukkan pemulihan kuartalan (QoQ) yang kuat di tengah tantangan makroekonomi, dengan strategi optimalisasi hasil (yield optimization) yang mendorong kinerja anak perusahaan, Telkomsel, dan inisiatif transformasi korporat yang sedang berlangsung.
Sorotan Kinerja Keuangan 9M25
Secara konsolidasi, pendapatan 9M25 Telkom Indonesia tercatat Rp109,6 Triliun, turun -2,3% YoY. Namun, kinerja kuartal ketiga (3Q25) menunjukkan pemulihan, dengan pendapatan konsolidasi naik 0,7% QoQ menjadi Rp36,6 Triliun.
EBITDA 9M25 mencapai Rp54,4 Triliun. EBITDA 3Q25 meningkat 2,3% QoQ menjadi Rp18,3 Triliun (Margin EBITDA 49,6%) didukung oleh pengendalian biaya yang ketat.
Laba Bersih 9M25 adalah Rp15,8 Triliun. Laba bersih 3Q25 turun -6,9% QoQ, namun jika dinormalisasi untuk item one-off depresiasi yang dipercepat sebesar Rp771 Miliar, Laba Bersih akan relatif datar QoQ.
Kinerja Utama Telkomsel (3Q25 QoQ)
Strategi optimalisasi hasil di Telkomsel, melalui penyederhanaan produk dan peningkatan hasil produk, menghasilkan perbaikan yang solid.
Pendapatan Total naik 3,4% QoQ menjadi Rp27,5 Triliun.
ARPU (Average Revenue Per User) meningkat 5,2% QoQ menjadi Rp43 Ribu. Peningkatan ini terjadi dengan penurunan basis pelanggan yang minimal (-0,5% QoQ).
EBITDA naik 6,2% QoQ menjadi Rp12,5 Triliun, dengan Margin EBITDA mencapai 45,3%.
Data Yield meningkat dari 2,7 Rp/Mb menjadi 3,1 Rp/Mb.
Bisnis B2B dan Infrastruktur
Pendapatan Wholesale & International Business tumbuh kuat 5,7% YoY menjadi Rp14,2 Triliun.
Bisnis Data Center mencatat pendapatan Rp1,4 Triliun dengan tingkat utilisasi rata-rata ~77%.
Segmen Enterprise mengalami sedikit kontraksi pendapatan -1,7% YoY menjadi Rp14,9 Triliun, sejalan dengan efisiensi anggaran Pemerintah.
Investasi Capex 9M25 sebesar Rp15,4 Triliun (-11,7% YoY), dengan 82% dialokasikan untuk memperluas konektivitas digital (jaringan fiber-optic, Towers, Satellites, dan Sub-Sea Cables).
Pilar Transformasi dan Struktur Masa Depan
Telkom tengah bertransisi dari struktur operasional holding company menjadi Strategic Holding. Transformasi ini didasarkan pada empat pilar utama:
Operational & Service Excellence: Mencakup reformasi budaya, alokasi modal yang hati-hati, dan penawaran produk yang menghasilkan yield tinggi.
Unlocking Value: Mempercepat monetisasi aset infrastruktur bernilai tinggi (seperti data centers, towers, dan aset fiber) dan membangun kemitraan strategis.
Streamlining: Mengonsolidasikan unit bisnis yang tumpang tindih dan mendivestasi bisnis non-inti.
Modus-operandi Shift: Transisi ke Strategic Holding untuk mengoptimalkan penciptaan nilai dan Total Shareholders' Return (TSR), serta beralih dari legacy telco ke digital telco.
Inisiatif utama dalam Unlocking Value adalah spin-off aset fiber ke anak perusahaan TIF (PT Telkom Infrastruktur Indonesia) dengan merek Infranexia. Tahap pertama spin-off ditargetkan selesai pada 4Q 2025 (dengan >50% aset fiber TLKM).

Comments
Post a Comment