Lonjakan Kecerdasan Buatan (AI) yang belum pernah terjadi sebelumnya telah membebani jaringan listrik global, memaksa para raksasa teknologi untuk mencari solusi infrastruktur yang berkelanjutan di tempat yang paling tidak terduga: lautan dan luar angkasa.
Ketika kebutuhan daya AI terus meroket, para visioner industri menyajikan dua solusi transformatif yang bertujuan untuk memotong biaya energi secara drastis, terutama yang terkait dengan pendinginan pusat data (data center).
Solusi Laut: Pusat Data Terapung Samsung dan OpenAI
Dalam langkah signifikan menuju solusi maritim, Samsung Electronics dan OpenAI menjalin kolaborasi untuk mengembangkan pusat data terapung di lautan. Kemitraan ini, yang melibatkan Samsung SDS, Samsung C&T, dan Samsung Heavy Industries, bertujuan untuk mengatasi kelangkaan lahan dan biaya energi yang sangat besar untuk mendinginkan perangkat keras AI.
Air Laut Dingin untuk Pendinginan Efisien
Menurut laporan Korea JoongAng Daily, inti dari proyek ini adalah menenggelamkan infrastruktur AI di bawah permukaan, menggunakan air laut yang dingin untuk pendinginan langsung dan efisien. Proses pendinginan saat ini menyumbang sekitar 40% dari konsumsi daya pusat data berbasis di darat.
Dengan memindahkan operasional ke lepas pantai, perusahaan yakin dapat mengurangi penggunaan energi dan emisi karbon secara dramatis. Para ahli memperkirakan bahwa fasilitas bawah air ini berpotensi memotong total penggunaan energi hingga 70% dan mengurangi biaya lahan serta konstruksi sebesar 30-40%.
"Kami berencana menggunakan teknologi berpemilik untuk mengembangkan pusat data terapung, fasilitas daya lepas pantai, dan pusat kendali terintegrasi," ujar seorang pejabat Samsung.
Visi Luar Angkasa Jeff Bezos: Tenaga Surya 24/7
Pencarian industri untuk alternatif berkelanjutan ini juga mendorong para visioner untuk melihat lebih jauh, yaitu ke luar angkasa.
Investor kawakan Chamath Palihapitiya baru-baru ini mengeluarkan peringatan keras mengenai beban pada jaringan listrik terestrial, memprediksi bahwa tanpa pendekatan baru, "tarif listrik akan berlipat ganda dalam lima tahun ke depan."
Solusi Orbital: Gigawatt Data Center di Luar Angkasa
Melanjutkan diskusi tentang krisis energi ini, pendiri Amazon, Jeff Bezos, mengusulkan solusi paling ambisius: Pusat data berskala gigawatt yang vital untuk melatih model AI akan dibangun di luar angkasa dalam 10 hingga 20 tahun.
Bezos, yang berbicara di Italian Tech Week di Turin, memprediksi bahwa pusat data orbital pada akhirnya akan mengungguli fasilitas yang ada di darat karena satu alasan utama: akses tanpa batas ke energi surya.
"Klaster pelatihan raksasa ini akan lebih baik dibangun di luar angkasa, karena kita memiliki tenaga surya di sana, 24/7. Tidak ada awan dan tidak ada hujan, tidak ada cuaca," kata Bezos.
Visi Bezos dan Palihapitiya melibatkan penempatan pusat data di orbit untuk memanfaatkan tenaga surya yang tidak terbatas dan vakum alami luar angkasa untuk pendinginan, yang secara fundamental menyelesaikan masalah daya dan pendinginan yang membebani Bumi. Bezos meyakini bahwa solusi luar angkasa ini akan menjadi kompetitif dalam biaya dengan fasilitas terestrial "dalam beberapa dekade mendatang."
Masa Depan Komputasi Berkelanjutan
Baik mengambang di lautan atau mengorbit planet, perlombaan untuk membangun infrastruktur berkelanjutan yang dibutuhkan untuk masa depan AI sedang berlangsung. Kedua solusi, baik yang didorong oleh kemitraan Samsung/OpenAI maupun visi Jeff Bezos, menggarisbawahi realitas yang tak terhindarkan: industri AI harus berinovasi di luar batas-batas daratan Bumi untuk memenuhi kebutuhan daya dan lingkungan yang terus meningkat.

Comments
Post a Comment