Kepemimpinan Ambidextrous: Kunci Keberlanjutan dan Pertumbuhan di Lanskap Bisnis Indonesia

Dalam menghadapi disrupsi pasar yang semakin cepat dan dinamis, para pemimpin di Indonesia dituntut untuk memiliki kemampuan yang melampaui model manajerial tradisional. Kepemimpinan ambidextrous, atau kepemimpinan yang berkemampuan dua tangan, menjadi konsep fundamental yang menantang para eksekutif untuk secara efektif mengelola dua tuntutan yang berlawanan: efisiensi operasional saat ini (eksploitasi) dan inovasi strategis di masa depan (eksplorasi).

Di tengah tekanan untuk memaksimalkan profitabilitas jangka pendek dan kebutuhan mendesak untuk menemukan sumber pendapatan baru, kemampuan untuk menyeimbangkan kedua fokus ini menjadi faktor penentu utama antara organisasi yang berhasil mempertahankan relevansinya dan organisasi yang mengalami kemunduran.

Memahami Dua Pilar: Eksploitasi versus Eksplorasi

Agar sebuah entitas korporasi dapat berhasil secara ambidextrous, para pemimpin harus memahami secara mendalam esensi dari masing-masing pilar.

Eksploitasi berfokus pada peningkatan kinerja bisnis saat ini. Hal ini mencakup penyempurnaan dan efisiensi atas proses yang telah ada. Karakteristik utamanya adalah fokus pada efisiensi dan produktivitas, dengan aktivitas kunci seperti pengurangan biaya, standardisasi proses, kontrol kualitas, dan retensi pelanggan. Pilar ini berorientasi pada jangka pendek, dan apabila diimplementasikan secara berlebihan, dapat mengakibatkan kekakuan organisasi (organizational rigidity) dan ketidakmampuan beradaptasi dengan perubahan.

Sebaliknya, eksplorasi berfokus pada penciptaan peluang dan inovasi untuk masa depan. Hal ini mencakup pencarian terobosan yang berpotensi mendisrupsi status quo. Aktivitas kuncinya meliputi riset dan pengembangan (R&D), eksperimen, pengujian ide baru, serta pengembangan model bisnis yang inovatif. Pilar ini berorientasi pada jangka panjang, dan apabila diimplementasikan secara berlebihan, dapat berisiko pada pemborosan sumber daya dan kegagalan finansial.

Seorang pemimpin ambidextrous mampu berpikir secara kontekstual—mengetahui kapan harus memprioritaskan efisiensi dan kapan harus mendorong inisiatif yang mengandung risiko.

Implementasi Kepemimpinan Ambidextrous di Indonesia

Di Indonesia, di mana iklim bisnis dicirikan oleh persaingan digital yang ketat dan dominasi konglomerat tradisional, praktik ambidexterity sangat relevan dan terlihat jelas.

Studi Kasus 1: GoTo (Gojek & Tokopedia) GoTo merupakan contoh klasik ambidexterity. Dari sisi eksploitasi, perusahaan ini terus-menerus mengoptimalkan algoritma pemetaan, rute pengiriman, dan biaya operasional untuk layanan inti (GoRide, GoFood, Tokopedia Marketplace) guna mempertahankan margin keuntungan dan loyalitas pengguna. Di sisi eksplorasi, GoTo secara agresif memasuki segmen fintech baru, seperti investasi di Bank Jago, pengembangan GoPay Later, dan perluasan layanan e-commerce enabler B2B.

Studi Kasus 2: PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk Telkom, sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan aset infrastruktur yang masif, menunjukkan transisi dari fokus eksploitasi murni menuju model ambidextrous. Untuk eksploitasi, mereka memaksimalkan aset jaringan legacy (IndiHome, Telkomsel), meningkatkan kualitas sinyal, dan efisiensi belanja modal (CAPEX). Di sisi eksplorasi, perusahaan ini berinvestasi di bisnis digital masa depan melalui MDI Ventures, unit modal ventura yang mendanai ratusan startup, serta mengembangkan platform data center dan layanan cloud.

Studi Kasus 3: Grup Djarum Grup Djarum, konglomerat dengan bisnis inti yang mapan, mendemonstrasikan ambidexterity melalui diversifikasi portofolio. Eksploitasi dilakukan dengan menjaga operasi bisnis inti (rokok) pada tingkat efisiensi tertinggi sebagai "mesin uang" yang stabil. Keuntungan dari eksploitasi ini kemudian dialokasikan untuk berinvestasi secara agresif di sektor-sektor berisiko tinggi namun berpotensi high-growth, seperti perbankan (BCA) dan teknologi digital (e-commerce seperti Blibli dan Tiket.com), yang merupakan aktivitas eksplorasi.

Tantangan dan Strategi Implementasi Ambidexterity

Implementasi ambidexterity di Indonesia menghadapi tantangan signifikan, terutama yang berkaitan dengan budaya dan struktur organisasi.

Untuk mengatasi struktur yang kaku akibat hierarki dan birokrasi, pemimpin dapat membentuk struktur organisasi yang terpisah, di mana unit inovasi (eksplorasi) dibuat otonom dan terisolasi dari unit bisnis inti (eksploitasi). Menghadapi tekanan profitabilitas kuartalan, pemimpin harus mengkomunikasikan visi ganda yang jelas kepada para pemangku kepentingan bahwa kesuksesan diukur dari profitabilitas saat ini dan potensi pertumbuhan masa depan.

Untuk mengatasi budaya yang takut akan kegagalan yang menghambat eksperimen, penting untuk mengadopsi metrik pembelajaran. Unit eksplorasi tidak diukur berdasarkan pendapatan, tetapi berdasarkan kecepatan dan kualitas pembelajaran, di mana kegagalan dianggap sebagai data berharga. Terakhir, untuk mengatasi masalah alokasi sumber daya, pemimpin harus bertindak sebagai jembatan yang secara sadar mengalokasikan sumber daya dari aktivitas eksploitasi yang menguntungkan ke proyek eksplorasi yang berisiko tinggi.

Kesimpulan

Kepemimpinan ambidextrous adalah respons strategis yang esensial terhadap dinamika pasar yang terus berubah. Konsep ini bukan hanya tentang melakukan dua hal yang berbeda, tetapi tentang menciptakan ketegangan produktif dalam organisasi.

Bagi perusahaan di Indonesia, menguasai kemampuan ini berarti menciptakan sebuah ekosistem di mana efisiensi operasional memberikan stabilitas untuk mendanai eksperimen, dan eksperimen yang berhasil terus menyuntikkan energi dan ide baru ke dalam bisnis inti. Kegagalan untuk menguasai keseimbangan ini akan membuat perusahaan rentan, terpaksa memilih antara profitabilitas yang cepat dan kematian jangka panjang (terlalu banyak eksploitasi) atau inovasi tanpa profit yang stabil (terlalu banyak eksplorasi).

Di tangan pemimpin yang tepat, ambidexterity menjanjikan keberlanjutan dan keunggulan kompetitif yang tak tertandingi. 

Buku: AI-Powered Strategic Management

Comments