Tren Utama Industri Telekomunikasi Global di Tahun 2025: Antara Ambisi dan Tantangan

Tahun 2025 diproyeksikan menjadi periode yang dinamis bagi industri telekomunikasi global, ditandai dengan percepatan adopsi teknologi baru di satu sisi, namun juga diiringi oleh berbagai tantangan geopolitik dan infrastruktur di sisi lain. Dari dominasi 5G hingga ambisi konektivitas luar angkasa, berikut adalah tren utama yang akan membentuk lanskap telekomunikasi.

Peningkatan Dominasi 5G dan Penjualan Perangkat

Tahun 2025 akan menyaksikan peningkatan signifikan dalam adopsi 5G. Menurut Ericsson, langganan 5G diperkirakan akan melonjak lebih dari 25%, mencapai 2,8 miliar secara global. Lonjakan ini akan didukung oleh penjualan perangkat 5G yang masif. IDC memprediksi bahwa penjualan ponsel 5G akan mencapai tiga perempat dari total penjualan ponsel, mendorong peningkatan pengiriman ponsel pintar sebesar 2%. Ini menunjukkan bahwa konsumen semakin beralih ke perangkat yang mendukung kecepatan dan kapabilitas 5G.

Perluasan Jangkauan 5G yang Belum Merata

Meskipun adopsi 5G meningkat pesat, perluasan cakupan 5G secara geografis masih berjalan lambat. Di Amerika Utara, cakupan 5G baru-baru ini melampaui 50% dari pelanggan. Namun, di benua lain seperti Afrika, situasinya jauh berbeda, dengan kurang dari sepertiga negara yang telah meluncurkan layanan 5G. Bahkan di tengah gejolak ekonomi dan politik, Pakistan berencana untuk menyelesaikan lelang spektrum 5G pada tahun 2025, menandakan upaya untuk mengejar ketertinggalan. Ketidakmerataan ini menyoroti tantangan investasi infrastruktur dan regulasi di berbagai wilayah.

Pengembangan 6G Dimulai

Seiring dengan ekspansi 5G, horizon teknologi telekomunikasi sudah bergerak maju. Pada tahun 2025, badan standar mobile-broadband global, 3GPP, akan secara resmi memulai pekerjaan pada teknologi 6G. Langkah ini menunjukkan bahwa industri terus berinovasi, mempersiapkan generasi konektivitas berikutnya yang menjanjikan kecepatan dan kapabilitas yang jauh melampaui 5G.

Kemajuan Lambat dalam Akses Internet Tetap

Kontras dengan kemajuan seluler, kemajuan dalam layanan internet tetap diproyeksikan akan lambat. Di Nigeria, misalnya, target ambisius untuk memperluas akses broadband hingga 70% warganya pada tahun 2025 kemungkinan besar akan gagal, sebagian karena kekurangan mata uang asing dan risiko pencurian infrastruktur. Demikian pula di India, hanya 81% populasinya yang diperkirakan akan memiliki akses internet. Ini menggarisbawahi tantangan infrastruktur dan ekonomi yang masih menghambat pemerataan akses internet tetap di banyak negara berkembang.

Peran Penting Kabel Bawah Laut dan Tantangan Geopolitik

Konektivitas internasional sangat bergantung pada jaringan kabel bawah laut, yang semakin rentan terhadap risiko konflik. Menyadari pentingnya infrastruktur ini, pemerintah Prancis akan mengakuisisi bisnis kabel bawah laut Nokia pada tahun 2025. Di sisi lain, Vietnam memiliki rencana ambisius untuk menambah hingga empat kabel bawah laut baru pada tahun 2025, dengan tujuan melipatgandakan koneksi internasionalnya menjadi 15 pada tahun 2030. Upaya ini menunjukkan kesadaran akan pentingnya diversifikasi dan penguatan infrastruktur vital ini.

Kebangkitan Layanan Internet Satelit

Tahun 2025 juga akan menjadi saksi peran yang semakin besar bagi layanan internet satelit dari perusahaan seperti OneWeb dan Starlink milik Elon Musk. Layanan ini berpotensi besar untuk menjembatani kesenjangan digital di area terpencil, asalkan pemerintah mengalokasikan spektrum yang tepat waktu. Inovasi menarik lainnya datang dari Intuitive Machines, sebuah startup Amerika, yang akan menguji pendekatan baru untuk jaringan lunar dengan stasiun seluler 4G kecil buatan Nokia di penjelajah Bulan mereka pada tahun 2025. Jika berhasil, teknologi 4G standar dapat digunakan oleh astronot untuk komunikasi di Bulan, membuka babak baru dalam konektivitas luar angkasa.

Tantangan Geopolitik yang Mengintai

Tidak dapat dipungkiri, ketegangan geopolitik akan terus memengaruhi infrastruktur telekomunikasi. Perang dan sabotase online diproyeksikan akan mengancam rencana infrastruktur pada tahun 2025, termasuk ratusan juta serangan siber yang menargetkan infrastruktur penting. Risiko konflik juga secara langsung memengaruhi kabel bawah laut, yang merupakan tulang punggung konektivitas internasional. Menjaga keamanan dan ketahanan infrastruktur telekomunikasi di tengah lanskap geopolitik yang bergejolak akan menjadi prioritas utama.

Secara keseluruhan, tahun 2025 akan menjadi tahun dengan pertumbuhan signifikan dalam adopsi 5G dan inovasi konektivitas satelit. Namun, kemajuan ini diimbangi dengan tantangan besar dalam perluasan cakupan yang merata, perkembangan internet tetap yang lambat, serta ancaman serius dari ketegangan geopolitik. Industri telekomunikasi global akan dituntut untuk menyeimbangkan ambisi teknologi dengan realitas tantangan operasional dan keamanan.

Buku: AI-Powered Strategic Management

Comments