Prospek AI 2025: Gelombang Investasi, Dampak Multisektor, dan Berbagai Hambatan



Prospek Kecerdasan Buatan (AI) pada tahun 2025 dipandang sebagai periode yang sangat penting dan transformatif, di mana teknologi ini diperkirakan akan mulai menunjukkan hasil nyata dari investasi besar yang telah digelontorkan, meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan yang signifikan.

Investasi dan Pertumbuhan Industri AI Pada tahun 2025, investasi dalam AI diperkirakan akan terus meningkat secara drastis. Nilai pasar Nvidia, produsen chip AI terkemuka, telah melonjak lebih dari $3 triliun, mencerminkan kekayaan besar yang dihasilkan AI bagi banyak pihak.

Total pengeluaran TI global diperkirakan akan mencapai $3,6 triliun pada tahun 2025, sebagian besar didorong oleh upaya perusahaan untuk memanfaatkan AI. Sekitar 30% perusahaan besar di Amerika akan menginvestasikan $10 juta atau lebih dalam AI, meningkat dari 16% pada tahun 2024.

Penjualan server untuk tugas AI generatif diperkirakan akan meningkat lebih dari tiga perempat pada tahun 2025 dibandingkan tahun 2024, mencapai $147 miliar, terutama didorong oleh pengeluaran hyperscaler seperti Amazon, Microsoft, dan Google untuk GPU Blackwell.

Meskipun demikian, banyak perusahaan masih belum yakin apa yang bisa atau tidak bisa dilakukan teknologi ini, atau cara terbaik untuk menggunakannya. Gartner, sebuah perusahaan konsultan, memprediksi bahwa 30% proyek AI generatif tidak akan melewati tahap "bukti konsep" karena biaya yang sangat besar dan manfaat yang belum pasti.

Dampak AI di Berbagai Sektor pada Tahun 2025
  • Pengembangan Obat: AI diharapkan mulai memenuhi janjinya dalam mempercepat dan menekan biaya penemuan obat. Model seperti AlphaFold 3 dari DeepMind telah memperluas kemampuannya untuk memprediksi struktur hampir setiap protein dalam tubuh manusia dan molekul lainnya, mempersingkat waktu eksperimen dari berbulan-bulan menjadi hanya beberapa jam komputasi. Diperkirakan sekitar 65 molekul yang terinspirasi AI saat ini sedang dalam uji coba pada manusia, dan empat atau lima perawatan yang dikembangkan AI, atau bahkan lebih, dapat maju ke uji coba fase tiga pada tahun 2025. AI membantu dalam fase praklinis dengan menganalisis data besar untuk memahami penyakit, menemukan molekul menjanjikan, dan bahkan menciptakan molekul baru.
  • Pertahanan dan Militer: Teknologi baru seperti drone dan AI mendorong modernisasi angkatan bersenjata. Perusahaan seperti Helsing mengembangkan drone dan perangkat lunak AI. Akan ada penekanan pada "maintenance-tech" untuk memperpanjang umur sistem lama. Kekhawatiran bahwa Tiongkok akan memanfaatkan AI untuk keuntungan militer dan ekonomi juga muncul.
  • Hiburan (Drama Ultra-Pendek): Pada tahun 2024, platform video pendek Douyin dan Kuaishou merilis drama mikro yang dibuat menggunakan AI untuk pertama kalinya. Hampir setiap aspek produksi, dari storyboarding hingga aktor, melibatkan AI, mempercepat proses dan memangkas biaya.
  • Ekonomi "Perak" (Lansia) di Tiongkok: Tiongkok berupaya menjadikan populasi yang menua sebagai aset ekonomi melalui "ekonomi perak", mendorong investasi dalam industri ramah lansia seperti perawatan kesehatan pintar, produk anti-penuaan, dan pensiun pribadi. AI dapat membantu dalam pengembangan produk dan layanan ini.
  • Inovasi Hijau: AI juga menjadi bagian dari gelombang teknologi baru yang didorong pemerintah Tiongkok, termasuk jenis teknologi hijau baru.
  • Produktivitas dan Tenaga Kerja: Meskipun investasi besar, AI belum menunjukkan dampak ekonomi yang signifikan pada produktivitas atau lapangan kerja secara luas pada tahun 2025. Adopsi di antara bisnis masih rendah; hanya 5-6% di Amerika dan Kanada yang menggunakannya untuk produksi barang/jasa. Namun, penggunaan AI secara "rahasia" oleh karyawan untuk memperlancar tugas-tugas kantor kemungkinan besar meningkat. Karyawan sering tidak mengaku menggunakan AI karena khawatir akan diberi lebih banyak pekerjaan atau dianggap tidak dibutuhkan lagi.
  • Pusat Data dan Konsumsi Energi: Lonjakan permintaan komputasi AI mendorong peningkatan kebutuhan energi. Konsumsi daya global dari pusat data dapat berlipat ganda dari tingkat 2022, mencapai 1.000 terawatt jam pada tahun 2026, setara dengan konsumsi listrik Jepang. Perusahaan teknologi besar seperti Microsoft dan Google berinvestasi pada sumber energi terbarukan atau energi nuklir untuk daya pusat data mereka.
  • Vaksin Kanker: AI digunakan dalam pengembangan vaksin kanker yang dipersonalisasi untuk memprediksi penanda molekuler yang paling mungkin merangsang sistem kekebalan tubuh.
  • Uang Antarspesies (Interspecies Money): Sebuah konsep "uang antartesies" sedang dikembangkan, di mana AI dan sensor digunakan untuk menentukan kebutuhan hewan dan mengarahkan dana konservasi kepada pekerja lokal untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
  • Penemuan Teks Kuno: AI berhasil mengungkap bagian teks dari gulungan papirus Herculaneum yang hangus, yang dapat mengarah pada penemuan karya-karya kuno yang hilang.
  • Sistem Telekomunikasi: Apple akan membawa alat AI generatifnya, Apple Intelligence, ke lebih banyak pengguna iPhone.
  • Transportasi Otonom: Taksi otonom akan mendekati komersialisasi luas di Tiongkok, dan hub untuk taksi terbang akan dibuka di berbagai kota.

Tantangan dan Kendala AI
  • Keterbatasan Pasokan Chip: Produksi chip AI kelas atas seperti Blackwell dari Nvidia menghadapi kendala rekayasa, dan mungkin ada kekurangan memori high-bandwidth serta pengemasan canggih jika permintaan tetap tinggi. Tiongkok terputus dari GPU AI paling canggih karena pembatasan perdagangan Amerika. Pembatasan ini telah memaksa startup AI Tiongkok untuk berinovasi dan melakukan lebih banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit.
  • Kekurangan Data Pelatihan: Diperkirakan persediaan data tekstual berkualitas tinggi di internet akan habis pada tahun 2028. Perusahaan mencari cara baru untuk memanfaatkan sumber data berkualitas tinggi seperti buku teks atau menghasilkan data sintetis untuk pelatihan.
  • Regulasi dan Hukum: Akan ada perdebatan global mengenai hak cipta, deepfake, dan penggunaan data untuk melatih model AI. Tuntutan hukum pelanggaran hak cipta terhadap perusahaan AI generatif telah diajukan di Amerika dan Inggris, dengan beberapa perusahaan AI membuat kesepakatan lisensi dengan penerbit untuk menghindari masalah hukum. Undang-undang baru tentang deepfake juga akan dibahas untuk melindungi kemiripan seseorang dari penggunaan yang tidak sah. Sebagian besar negara cenderung menuju posisi moderat dalam regulasi, yang mungkin mencakup opsi opt-out bagi pemegang hak cipta. Pada tahun 2025, beberapa bagian dari Undang-Undang AI Uni Eropa akan mulai berlaku.
  • Adopsi dan Manajemen di Perusahaan: Adopsi AI di perusahaan masih lambat, dan banyak penggunaan AI terjadi secara "rahasia" oleh karyawan. Ini menunjukkan bahwa adopsi AI lebih merupakan tantangan manajemen daripada teknologi.
  • Infrastruktur dan Lingkungan: Pembangunan pusat data AI menimbulkan protes dari kelompok lingkungan terkait konsumsi daya, dan beberapa negara telah membatasi pembangunan pusat data karena kendala jaringan listrik.
Secara keseluruhan, tahun 2025 akan menjadi periode di mana antusiasme investor akan diuji oleh realitas bisnis AI yang masih berkembang. Pertanyaannya adalah apakah gelembung AI akan pecah atau teknologi ini akan mulai memberikan hasil yang substansial. Buku: AI-Powered Strategic Management

Comments